IMPLEMENTASI TERAPI BERCAKAP-CAKAP PADA PASIEN SKIZOFRENIA DENGAN GANGGUAN HALUSINASI PENDENGARAN RUMAH SAKIT KHUSUS DAERAH DADI PROVINSI SULAWESI SELATAN

Latar Belakang: Skizofrenia merupakan gangguan jiwa kronis yang ditandai dengan perubahan kognitif, emosi, persepsi, dan perilaku. Salah satu gejala utamanya adalah halusinasi pendengaran, yaitu mendengar suara tanpa rangsangan nyata, yang dapat mengganggu kontrol diri dan memicu perilaku
berbahaya. Terapi bercakap-cakap sebagai intervensi non-farmakologis digunakan untuk membantu pasien mengalihkan perhatian dari halusinasi serta meningkatkan kemampuan sosial. Tujuan: Mengetahui gambaran implementasi
terapi bercakap-cakap pada pasien skizofrenia dengan gangguan halusinasi pendengaran. Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif dengan metode studi kasus. Subjek penelitian terdiri dari dua pasien yang
didiagnosis mengalami halusinasi pendengaran di Rumah Sakit Khusus Daerah Dadi, Provinsi Sulawesi Selatan. Intervensi dilakukan selama tiga hari dengan frekuensi satu kali sehari selama 15 menit. Hasil Penelitian: Pengkajian
menunjukkan kedua responden mengalami keluhan utama berupa mendengar suara-suara bisikan. Diagnosis keperawatan yang ditegakkan adalah Gangguan Persepsi Sensori: Halusinasi berhubungan dengan gangguan pendengaran.
Setelah diberikan terapi bercakap-cakap selama tiga hari, kedua responden mengalami penurunan tanda dan gejala halusinasi, peningkatan kemampuan mengontrol halusinasi, kontak mata, serta interaksi sosial. Evaluasi pada hari
ketiga menunjukkan pasien mampu mengontrol halusinasi melalui Strategi Pelaksanaan (SP) berupa menghardik, minum obat teratur, dan bercakap-cakap.
Kesimpulan: Implementasi terapi bercakap-cakap terbukti efektif dalam mengontrol halusinasi pendengaran pada pasien skizofrenia.
Kata Kunci: Skizofrenia, Halusinasi Pendengaran, Terapi Bercakap-cakap